Oleh: Stefany Tanto, S.Ked / Menur Adhiyasasti
Gaya hidup ramah lingkungan semakin gencar dilakukan oleh banyak orang. Salah satu upaya ramah lingkungan yang mulai populer di kalangan wanita pada saat ini adalah mengganti pembalut sekali pakai dengan pembalut kain dan menstrual cup. Menstrual cup mulai mencuri perhatian karena bentuknya yang unik dan sama sekali tidak menghasilkan sampah. Penggunaan menstrual cup mampu mengurangi sampah pembalut hingga 24 buah dalam satu periode menstruasi. Bagi wanita yang mudah iritasi saat menggunakan pembalut, menstrual cup dapat menjadi solusi karena tidak menyebabkan gatal-gatal dan iritasi yang disebabkan oleh lembabnya area kewanitaan saat memakai pembalut.
Terlepas dari sejumlah kelebihan menstrual cup, masih banyak wanita -khususnya yang belum menikah- yang ragu untuk beralih ke menstrual cup karena takut membahayakan selaput dara. Apalagi jika Anda seorang ibu yang memiliki anak gadis, mengetahui cara pakainya mungkin membuat Anda melarang ananda menggunakannya. Untuk mengetahui kebenarannya, mari kita simak penjelasan tentang menstrual cup berikut ini.
Apa itu menstrual cup?
Ditemukan pada tahun 1937 oleh seorang aktris Amerika bernama Leona Chalmers, menstrual cup awalnya berbahan karet lateks dengan nama “Tass-ette”. Kini, menstrual cup tidak hanya terbuat dari lateks namun juga terbuat dari medical grade silicon (silikon yang aman secara medis) maupun thermoplastic elastomer (TPE) sehingga aman untuk tubuh. Menstrual cup berbentuk corong yang berfungsi untuk menampung darah haid, dilengkapi dengan tangkai di bagian ujungnya untuk memudahkan pengguna menariknya keluar dari vagina. Kapasitasnya sekitar 1 ons cairan (dua kali lipat daya tampung pembalut) dan dapat digunakan berulang kali setelah dicuci bersih. Bahan silikon dan lateks dapat bertahan kurang lebih hingga 10 tahun karenanya dianggap lebih hemat dan ramah lingkungan.
Bagaimana cara memakainya?
Berbeda dengan pembalut ataupun tampon, menstrual cup harus dilipat terlebih dahulu agar ujungnya mengecil dan dimasukkan ke dalam vagina dengan bantuan pelumas. Terdapat hingga 9 cara melipat menstrual cup yang dapat dipilih sesuai dengan kenyamanan pengguna. Hal yang perlu diperhatikan adalah jangan lupa mencuci tangan terlebih dahulu dan pastikan Anda dalam kondisi rileks supaya otot vagina tidak menyempit!
Beberapa pengguna khawatir apabila keberadaan menstrual cup dalam vagina akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kenyataannya, pengguna tidak merasakan apapun saat memakai menstrual cup. Apabila terasa tidak nyaman, berarti pemasangannya masih belum terlalu dalam, posisi kurang tepat, ukuran tangkai terlalu panjang, atau belum terbiasa.
Cara mengeluarkan menstrual cup juga cukup mudah, yaitu dengan cara menarik bagian tangkai atau menjepit bagian pangkal cawan. Kemudian, cuci bersih dan gunakan kembali. Setelah periode menstruasi selesai, sterilkan dengan cara merebusnya selama 5 menit lalu simpan setelah kering.
Apakah aman untuk remaja yang belum seks aktif?
Hal ini masih mengundang kontroversi hingga saat ini. Sebenarnya menstrual cup dapat masuk melewati selaput dara tanpa merobeknya bila dilakukan dalam keadaan rileks. Pengguna yang belum seks aktif dan belum pernah melahirkan pun dapat memilih menstrual cup berukuran S. Namun, tidak menutup kemungkinan robeknya selaput dara pada saat memasukkan menstrual cup. Ada beberapa faktor yang yang mempengaruhi, yaitu kondisi selaput dara, ukuran menstrual cup, dan kehigienisan dari menstrual cup.
Jika yang menjadi ukuran keperawanan Anda adalah selaput dara, maka terdapat kemungkinan anda kehilangan keperawanan saat menggunakan menstrual cup. Namun, jika mengacu pada definisi medis, dimana keperawanan dapat hilang jika terjadi penetrasi penis pada vagina, maka penggunaan menstrual cup tidak akan mempengaruhi keperawanan.
Remaja yang belum seks aktif tentu membutuhkan beberapa penyesuaian untuk menggunakan menstrual cup. Mengetahui posisi lubang vagina dan leher rahim perlu dilakukan terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memasukkan jari ke dalam vagina. Dalam budaya di Indonesia, melakukan hal tersebut mungkin akan menimbulkan rasa tidak nyaman. Jika ini yang terjadi, maka tidak perlu memaksakan diri menggunakan menstrual cup. Pembalut kain pun dapat menjadi solusi ramah lingkungan.