Saat Anak Kurang Sukses dalam Pergaulan

  • 01 Oktober 2019
  • Posting by Administrator BKKBN Pusat

Oleh: Mindy Paramita / Menur Adhiyasasti

Suatu hari di akhir pekan, Alaia cemberut di sudut rumah sambil memandang HP-nya. Bundanya penasaran lalu bertanya pada anak remaja berusia 12 tahun itu. “Tumben, liat HP kok bete, biasanya nggak begitu?” ujar bunda. Sambil merengut, ia memperlihatkan HP-nya pada bunda. Salah satu teman Alaia posting di Instagram Story saat sedang hang out bersama teman-teman Alaia yang lain di sebuah kedai kopi. Rupanya ia sedih karena tak diajak serta. Padahal, mereka semua teman sepermainan Alaia. Bunda pun ikut bingung, gimana ya caranya memberi solusi untuk masalah pertemanan Alaia?

Inginnya sih, remaja kita tidak memiliki masalah dalam soal pergaulan. Mudah bersosialiasi, tidak pilih teman, tapi bijak dalam menentukan siapa teman dekatnya. Sayangnya, tak semua anak bisa begitu. Terkadang, mereka juga kesulitan dalam bersosialisasi. Kita, sebagai orang tua tentu harus bisa membesarkan hati dan tetap memberikan support. Bagaimana caranya?

Sediakan waktu untuk mereka Ya, dapat dimaklumi kalau waktu itu sangat berharga buat kita. Rasanya 24 jam tak cukup. Kita selalu disibukkan dengan urusan rumah, pekerjaan yang tak kunjung usai, apalagi untuk ibu bekerja yang harus membagi waktu di kantor dan di rumah. Rasanya sulit sekali memiliki waktu untuk sekedar sharing dengan anak. Padahal, ini sangat penting bagi mereka. Sempatkan waktu untuk anak berkeluh kesah. Waktu dimana Anda bisa fokus mendengarkan ceritanya, tanpa harus tegang dengan urusan lainnya.

Dengarkan, dengarkan Sebagai orang tua, kadang kita tertekan untuk harus selalu tahu jawaban tepat untuk tiap pertanyaan anak. Padahal, kunci utamanya adalah mendengar (dahulu). Remaja tak selalu mengharapkan solusi, mereka hanya ingin didengar. Jadi, cari tahu kenapa anak memiliki kesulitan dalam berteman. Apakah mereka memiliki kendala dalam pergaulan? Tanyakan pada anak dan biarkan mereka menjelaskan. Tak usah dulu berkomentar di tahap ini, biarkan mereka lepas bercerita apa yang kira-kira menjadi persoalan dalam bersosialisasi. Berikan mereka waktu untuk belajar mencerna situasi yang terjadi, dan biarkan mereka berbicara.

Jaring pertemanan yang lebih luas Konflik pertemanan biasanya terjadi saat anak hanya memiliki satu grup pertemanan tertentu. Anak yang tak mudah bergaul, biasanya nyaman di satu komunitas yang lebih eksklusif. Misal, si kutu buku hanya bisa nyambung dengan klub membacanya karena memiliki interest yang sama. Satu strategi yang paling ampuh untuk mengatasinya adalah membuka jaringan teman yang lebih luas. Tugas kita membantu percaya diri anak untuk bisa berteman dengan siapa saja. Tawarkan anak untuk terlibat di berbagai kegiatan sehingga ia memiliki kesempatan untuk mengenal lebih banyak teman.

Gagal dalam pertemanan? Tak masalah! Berikan pengertian pada anak bahwa tak semua pertemanan akan berhasil. Friends do come and go, and that’s okay. Layaknya hobi, kegemaran, yang bisa berubah setiap saat, pertemanan pun demikian. Jelaskan pada anak bahwa menghargai sebuah pertemanan itu penting, tapi jangan juga baper saat sang teman memilih teman lain. Pertemanan tak selamanya indah, tapi anak bisa belajar dari setiap pertemanan yang pernah ia jalani. Ini adalah bagian dari proses pendewasaan, yang akan mereka lewati.